KEPRIBADIAN DAN CONTOH PENYIMPANGAN KEPRIBADIAN
KEPRIBADIAN DAN CONTOH PENYIMPANGAN KEPRIBADIAN
BAB
I
PENDAHULUAN
Perilaku Organisasi adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu,
tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual,
kelompok, maupun organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi
tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telah akademik khusus yang
mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi,
ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait
dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi
industri serta perilaku organisasi.
Organisasi terdiri dari berbagai
individu yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pemahaman akan
perilaku individual dan perbedaan-perbedaannya dapat membantu membuat
organisasi itu semakin solid sehingga akan lebih mudah mencapai tujuannya. Dalam hal ini bahwa kepribadian seseorang
tidak dapat dinilai dengan hanya melihat orang tersebut dari luarnya saja.
tetapi perlu diadakan pendekatan dan penilaian secara psikologi dan pendekatan
secara personal sehingga dapat menilai individu secara lebih mendalam untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku
Organisasi
Menurut Thoha (2007:5)
perilaku organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut aspek-aspek
tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu.
Menurut Duncan dalam Thoha (2007:5)
hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam suatu perilaku organisasi adalah
sebagai berikut:
- Studi perilaku
organisasi termasuk didalamnya bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu
tingkah laku yang berusaha menjelaskan
- Perilaku organisasi
sebagaiman suatu disiplin ilmu mengenai bahwa individu dipengaruhi oleh
bagaimana pekerjaan diatur adan siapa yang bertanggung jawab untuk
pelaksanaannya.
2.2 Pengertian Kepribadian
Kepribadia adalah jumlah total
kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari
lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang
dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian
meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan
pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan
diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan
satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Defenisi kepribadian
menurut para ahli dianataranya sebagai berikut:
· Koentjaraningrat
Menurutnya kepribadian
adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku
tiap manusia.
· Roucek dan warren
Mereka mendefenisikan
kepribadian sebagai organisasi faktor biologis,psikologis, dan sosiologis yang
mendasari prilaku seorang individu.
· Theodore M.Newcomb
Kepribadian sebagai
organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseoarang sebagai
latar belakang prilaku.
· Robbins, (1993)
Kepribadian adalah
cara dengan mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang
lain.
Jadi kepribadian
adalah keseluruhan prilaku seorang individu dengan sistem kecendrungan tertentu
yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Dari sejumlah teori
tentang kepribadian, dan tidak ada suatu teori yang dianggap paling baik atau
paling benar. Untuk kondisi tertentu suatu teori mungkin lebih baik dalam
menjelaskan perilaku atau meramalkan respon seseorang.
3.2
SUSUNAN KEPRIBADIAN DAN CONTOHNYA
Susunan kepribadian
adalah unsur-unsur akal dan jiwa yang menjadi dasar perbedaan prilaku tiap-tiap
individu. Susunan kepribadian meliputi :
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang
dimiliki seorang individu diperoloeh melalui fantasi, pemahaman, dan konsep
yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang
berbeda dalam lingkungan hidupnya.Contohnya: pengetahuan yang dimiliki disimpan
dalam otak dan secara bertahap diwujudkan dalam bentuk prilaku. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan dapat menentukan prilaku orang tersebut, karena
pengetahuan yang dimiliki indivodu berbeda-beda maka prilaku dan kepribadian
yang dimiliki menjadi berbeda-beda pula.
b. Perasaan
Perasaan yaitu kondisi
fisik/ keadaan dalam kesadaran diri individu yang menghasilkan penilaian
positif ataupun negatif terhadap sesuatu. Brntuk penilaina disasarkan
pada pengetahuan yang dimiliki seseorang, sehingga perasaan akan selalu
bersifat sbjektif yang dikarenakan adanya undur penilaian tersebut, sedangkan
penilaian individu satu dengan individu lainnya bisa saja berbeda-beda.
Contohnya: perasaan yang ada dalam diri manusia akan mempengaruhi
kepribadiannya, dan karena perasaan tiap-tiap individu berbeda maka kepribadian
tiap-tiap individu pun menjadi berbeda-beda pula.
c. Dorongan
naluri
Dorongan naluri adalah
kemauan yang menjadi naluri pada setiap individu. Secara umum terdapat
bermacam-macam dorongan nluri pada diri manusia. Contohnya: dorongan untuk
mempertahankan hidup, bergaul dan berinteraksi dangen sesama manusia, mendapat
ksaih sayang dari sesamanya, mencari makan, memenuhi kebutuhan
biologis,keindahan bentuk,gerak, warna, dan suara, berbakti, dan meniru tingkah
laku sesamanya.
Faktor Biologis
Tidak semua
arakter fisik yang menggambarkan kepribadian seseorang, hal tersebut
dipengaruhi oleh pandangan atau asumisi masyarakat mengenai karakteristik fisik
tersebut. Sebagai contoh adalah adanya asumsi dalam masyarakat bahwa seorang
pria yang berkumis tebal berkepribadian keras dan mudah marah, orang yang
berbibir tipis identik dengan karakteristik suka berbicara (cerewet),dan
sebagainya. Sebenarnya karakteristik fisik tersebut tidak menjamin orang
bersangkutan memiliki kepribadian seperti yang diasumsikan oleh masyarakat,
namun karena adanya apriori yang berkembang dalam masyarakat akibat kondisi
kebudayaan sering kali memberi dampak psikologis tertentu dalam diri seseorang
dan kebudayaan memiliki kepribadian seperti yang diasumsikan oleh orang banyak
tersebut. Sehingga karakteristik fisik dapat pula menjadi faktor pembentuk
perkembangan kepribadian meskipun tidak multak.
Faktor Geografis
Setiap daerah
mempunyai kekayaan alam yang berbeda-beda. Orang-orang yang tinggal di daerah
yang kaya akan sumber daya alam dan menyediakan sumber makanan yang melimpah
cenderung berkepribadian lemah dan malas, namun sebaliknya kondisi geografis
yang tidak bersahabat cendrung menjadikan masyarakatnya berkepribadian keras,
kuat, dan perkerja keras karena hal itu merupakan tuntutan untuk tetap bertahan
hidup.
Adanya perbedaan
kebudayaan pada setiap masyarakat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kepribadian seseorang, meskipun para sosiolog menyarankan agar tidak terlaly
membesar-besarkan persoalan ini.
Teman dalam suatu
kelompok memberikan peran yang cukup penting dalam pengembangan kepribadian seseorang
yang positif. Hal itu dikarenakan interaksi yang terjalin antarindividu dalam
suatu kelompok cukup memberi dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian
seseorang. Terdapat 2 kelompok yang diaanggap berpengaruh dalam perkembangan
kepribadian seseorang yaitu:
1) Kelompok Acuan
(Kelompok Referensi)
Pembentukan
kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola interaksi dengan kelonmpok
acuanya pada tahun-tahun awal pertumbuhannya, yaitu dalam lingkungan keluarga.
Selain keluarga, kelompok acuan lain antaranya adalah teman sebaya, meskipun
peranannya dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian seorang anak akan
berkurang ketika ia mulai hidup secara mandiri. Contoh, seorang anak yang telah
lulus SMA/SMK akan lebih mandiri jika dibandingkan dengan anak yang baru lulus
SD ataupun SMP.
2) Kelompok Majemuk
Kelompok majemuk
menujuk pada realita masyarakat yang lebih kompleks dan beraneka ragam. Dalam
kelompok majemuk seorang anak akan menemukan ada banyak orang dengan karakter
dan kepribadian yang berbeda-beda. Suatu pola hidup yang dianggap benar oleh
sebagian orang bisa jadi dianggap salah oleh sebagian orang yang lain. Dalam
kondisi yang demikian seorang anak harus berusaha keras mempertahankan haknya
untuk menentukan sendiri apa yang dianggap baik dan bermanfaat bagi diri dn
kepribadian nya sehingga tidak terserat pada arus perbedaan yang ada dalam
kelompok majemuk di mana ia tinggal.
Setiap individu pasti
memiliki kepribadian yang unik dan berbeda-beda dengan individu yang lain. Hal
tersebut dikarenakan tiap-tiap individu akan mengalami pengalaman hidup yang
berbeda-beda pada masing-masing individu.
Holland dalam Haryono (2001) memformulasikan
tipe-tipe kepribadian sebagai berikut :
Tipe Realistik
Mereka yang berada dalam area ini adalah
cenderung sebagai orang yang memiliki keengganan social, agak pemalu, bersikap
menyesuaikan diri, materialistic, polos, keras hati, praktis, suka berterus
terang, asli, maskulin dan cenderung atletis, stabil, tidak ingin menonjolkan
diri, sangat hemat, kurang berpandangan luas, dan kurang mau terlihat.
Tipe Investigatif
Mereka yang berada dalam tipe ini cenderung
berhati-hati, kritis, ingin tahu, mandiri, intelektual, instropektif,
introvert, metodik, agak pasif, pesimis, teliti, rasional, pendiam, menahan
diri, dan kurang popular.
Tipe Artistik
Orang-orang yang masuk dalam tipe ini
cenderung untuk memperlihatkan dirinya sebagai orang yang “agak sulit”
(complicated), tidak teratur, emosional, tidak materaialistik, idealistic,
imaginative, tidak praktis, impulsive, mandiri, introspektif, intuitif, tidak
menyesuaikan diri dan orisinil/asli.
Tipe Sosial
Mereka yang tergolong dalam tipe sosial ini
cenderung untuk memperlihatkan dirinya sebagai orang yang suka kerjasama, suka
menolong, sopan santun (friendly), murah hati, agak konservatif, idealistic,
persuasive, bertanggung jawab, bersifat sosial, bijaksana, dan penuh
pengertian.
Tipe Enterprising
Mereka yang masuk dalam tipe ini cenderung
memperlihatkan dirinya sebagai orang yang gigih mencapai keuntungan, petualang,
bersemangat (ambisi), percaya diri, sosial, suka spekulasi, suka menonjolkan
diri, energik, dominan, argumentative dan suka bicara.
Tipe Conventional
Mereka yang masuk dalam tipe ini adalah
orang-orang yang mudah menyesuaikan diri (comforming), teliti, dispensif,
efisien, kurang fleksibel, pemalu, patuh, sopan santun teratur dan cenderung
rutin, keras hati, praktis, tenang, kurang imajinasi, dan kurang mengontrol
diri.
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kepribadian seseorang oleh Robbins dikatakan ada tiga
yaitu sebagai berikut:
a. Keturunan
Bahwa kepribadian seseorang dibentuk karena
faktor orang tua seperti : pemalu, penakut, pemurung atau sebaliknya.
b. Lingkungan
Bahwa kepribadian seseorang banyak disumbang
oleh lingkungannya seperti : budaya, norma-norma keluarga, teman dan kelompok
social lainnya. Diindia sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai kerja keras,
sederhana, kekerabatan kepada generasi mudanya. Di Bali ada nilai-nilai rendah
hati, suka membantu, ramah kepada orang yang hingga kini tetap mewarnai
kepribadian sebagian besar generasi mudanya.
c. Faktor yang lain
adalah situasi.
Artinya, kepribadian seseorang banyak
ditentukan oleh bawahan lahir, lingkungan yang relatif stabil, akan dapat
berubah karena kondisi situasi tertentu yang berubah.
Atribut kepribadain yang mempengaruhi perilaku
keorganisasian oleh Robbins (2001) dijelaskan sebagai berikut:
1) Sumber kendali
-
Internal, kepribadian
yang menyakini bahwa segala apa yang terjadi dapat dikendalikan sendiri.
-
Eksternal, kepribadian
yang meyakini bahwa apa yang terjadi tergantung pada kekuatan luar, seperti
kemujuran, naib, atau kesempatan.
2 Machiavellianisme
Kepribadian yang cenderung kea rah fragmatis,
menjaga jarak emosional, dan menyakini bahwa tujuan dapat menghalalkan segala
cara.
3 Penghargaan diri
Kepribadian yang suka/ atau tidak suka
terhadap diri sendiri. Individu yang memiliki penghargaan yang tinggi terhadap
diri sendiri. Individu yang memiliko penghargaan yang tinggi terhadap diri
sendiri adalah individu yang sangat yakin bahwa kapasitasnya lebih tinggi dari
tuntutan pekerjaan, suka resiko, senag pekerjaan yang menantang.
4 Pemantauan diri
Adalah cirri kepribadian yang mengukur
kemampuan dan menyesuaikan perilakunya kepada faktor situasional.
Pengambilan resiko
Adalah kepribadian yang menakar segala keputusannya
dengan resiko. Bagi pengambil resiko tinggi keputusan lebih cepat dan sedikit
membutuhkan informasi, sebaliknya yang terjadi pada pengambil resiko rendah.
Daftar kepribadian
yang panjang dan banyak kurang begitu popular dikalangan praktisi perilaku
keorganisasian oleh Kreitner dan Kinicki (2003) daftar yang panjang itu dikemas
menjadi “dimensi kepribadian lima besar” yang menurut hasil riset berkolerasi
positif dengan prestasi kerja pegawai, hal mana sangat membantu organisasi pada
saat merencanakan seleksi, pelatihan, dan penilaian karyawan.
Adapun kelima dimensi
kepribadian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Ø Wawasan ekstra (extra version) : supel, dapat
bersosialisasi, tegas.
Ø Ramah (agreeableness) : bersifat baik,
percaya, ramah, kerjasam, berhati lembut.
Ø Teliti (conscientiousness) : dapat diandalkan,
bertanggung jawab, berorientasi prestasi, menonjol.
Ø Stabilitas emosional ( emotional stability) :
rileks, aman, tidak khawatir.
Ø Keterbukaan pada pengalaman (openese to
experience) : cerdas, imajinatif, ingin tahu, berpikiran luas.
Menurut
DSM-IV, gangguan kepribadian dikelompokkan menjadi :
1.
Kelompok A
Penderita ketiga jenis gangguan ini berperilaku eksentrik,
ditambah beberapa kekhususan. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali
tampak aneh dan eksentrik. Jenis ini adalah gangguan kepribadian yang ditandai
oleh berpikir atau berperilaku aneh dan eksentrik yang mencakup:
Ø Gangguan
kepribadian paranoid
Ø Ketidakpercayaan
dan kecurigaan orang lain
Ø Percaya
bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti
Ø Emosional
Ø Mengembangkan
sikap permusuhan
Kelompok
A ini terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal.
a.
Gangguan Kepribadian Paranoid
Bentuk
gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang berlebihan atau menonjol. Orang
dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan :
· Kecurigaan yang bersifat pervasive
bahwa dirinya sedang dicelakai, dikhianati
· Keraguan yang tidak berdasar
terhadap kesetiaan teman-teman
· Enggan mempercayai orang lain
· Memberikan makna tersendiri terhadap
berbagai tindakan orang lain yang tidak mengandung maksud apapun
· Mendendam atas berbagai hal yang
dianggap sebagai kesalahan
· Reaksi berupa kemarahan terhadap apa
yang dianggapnya sebagai serangan terhadap karakter atau reputasi
· Hipersensitif atau sangat perasa
· rigid atau kaku
· mudah iri dan sangat egois
· argumentatif atau suka menentang
· suka menyalahkan orang lain dan suka
menuduh orang lain jahat.
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan
mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai
motif merusak dan negative.
Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena
menganggap dirinya mampu berpikir secara rasional dan obyektif, padahal
sebenarnya tidak.
Menurut teori kognitif behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak.
Menurut teori kognitif behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak.
b.
Gangguan Kepribadian Skizoid
Gangguan kepribadian dengan sifat pemalu, suka menyendiri, perasa,
pendiam, dan menghindari hubungan jangka panjang dengan orang lain. Orang
dengan gangguan kepribadian schizoid ditandai dengan :
·
Kurang berminat ataau kurang
menyukai hubungan dekat
·
Hampir secara eksklusif lebih
menyukai kesendirian
·
Kurangnya minat untuk berhubungan
seksual
·
Kurang memiliki teman
·
Bersikap masa bodoh terhadap pujian
atau kritik dari orang lain
·
Afek datar atau acuh/ tak peduli,
emosi dingin
·
Tidak terampil bergaul dan suka
menyendiri.
· Preokupasi (berulang-ulang
memikirkan isi pikiran) dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan
c.
Gangguan Kepribadian Skizotipe
Orang
dengan gangguan skizotipal ditandai dengan :
· Ideas of Reference (keyakinan bahwa
berbagai kejadian memiliki makna yang khusus dan tidak biasa bagi orang yang
bersangkutan)
· Keyakinan yang aneh atau pemikiran
magis
· Persepsi yang tidak biasa
· Dihantui oleh pikiran-pikiran
autistik, yaitu pikiran-pikiran, dan takhayul-takhayul
· Pola bicara yang aneh
· Kecurigaan yang ekstrem
· Afek yang tidak sesuai
· Perilaku atau penampilan yang aneh
· Kurang memiliki teman akrab
· Rasa tidak nyaman yang ekstrem
2.
Kelompok B
Jenis
ini adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan terlalu emosional berpikir
atau berperilaku yang mencakup:
Ø Antisosial
(sebelumnya, sosiopat)
Ø Mengabaikan
orang lain
Ø Terus-menerus
berbohong atau mencuri
Ø Berulangkali
bermasalah dengan hokum
Ø Berulang
kali melanggar hak orang lain
Ø Agresif,
sering berperilaku keras
Ø Mengabaikan
keselamatan diri sendiri dan orang lain
Terdiri
dari gangguan kepribadiaan antisosial, ambang, histrionic dan narsistik. Orang
dengan gangguan ini sering tampak dramatic, emosional, dan tidak menentu.
a.
Gangguan Kepribadian Antisosial
Orang
dengan gangguan kepribadian antisocial ditandai :
· Berulang kali melanggar hokum dan
hak orang lain lewat perilaku agresif
· Menipu, berbohong
· Impulsivitas
· Mudah tersinggung dan agresif
· Tidak memperdulikaan keselamatan
diri sendiri daan orang lain
· Tidak bertanggung jawab terhadap
pekerjaan
· Kurang memiliki rasa penyesaalaan
· Tidak sedikit diantara penderita
cukup cerdas dan pandai menampilkna diri secara meyakinkan untuk menjadi penipu
ulung.
b.
Gangguan Kepribadian Histrionik
Orang
dengan gangguan kepribadian histrionik ditandai :
· Kebutuhan besar untuk menjadi pusat
perhatian
· Perilaku tidak senonoh, secara
seksual yang tidak pantas
· Perubahan ekspresi emosi secara
cepat
· Memanfaatkan penampilan fisik untuk
menarik perhatian orang lain pada dirinya
· Bicaranya sangat tidak tepat
· Ekspresi emosional yang berlebihan
· Sangat mudah sugesti
· Menyalahartikan hubungan sebagai
lebih intim dari yang sebenarnya
· Emosinya labil; haus akan hal-hal
yang serba menggairahkan (excitement)
· Senang mendramatisasi diri secara
berlebihan untuk mencari perhatian
· Tergantung, tak berdaya, dan mudah
ditipu
· Egois, congkak, sangat haus akan
pengukuhan orang lain
· Sangat reaktif; dangkal atau picik,
dan tudal tulus.
c.
Gangguan Kepribadian Ambang/
Bordeline
Orang
dengan gangguan kepribadian ambang ditandai :
· Berupaya keras untuk mencegah agar
tidak diabaikan
· Ketidakstabilan dan intensitas
ekstrem dalam hubungan interpersonal
· Rasa diri (sense of self) yang tidak
stabil
· Perilaku impulsive, termasuk sangat
boros, perilaku seksual yang tidak pantas
· Perilaku bunuh diri dan mutilasi
diri yang berulang
· Kelabilaan emosional yang ekstrem
· Perasaan kosong yang kronis
· Sangat sulit mengendalikan
kemarahan.
d.
Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang
dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai :
· Pandangan yang dibesar-besarkan
mengenai pentingnya diri sendiri
· Terfokus pada kebersihan, kecerdasan
dan kecantikan diri
· Kebutuhan ekstrem untuk dipuja
· Perasaan kuat bahwa mereka berhak
mendapatkan segala sesuatu
· Kecenderungan memanfaatkan orang
lain
· Iri pada orang lain
· Merasa diri penting dan haus akan
perhatian dari orang lain
· Selalu menuntut perhatian dan
perlakuan istimewa dari orang lain
3.
Kelompok C
Terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan
obsesif kompulsif. Orang dengan gangguaan ini sering tampak cemas dan ketakutan
a.
Gangguan Kepribadian Menghindar/
Avoid
Orang
dengan gangguan kepribadian menghindar ditandai :
· Menghindari kontak interpersonal
karena takut pada kritikan
· Keengganan untuk menjalin hubungan
dengan orang lain kecuali dirinya pasti akan disukai
· Membatasi diri dalam hubungan intim
· Penuh kekhawatiran akan dikritik
· Merasa tidak adekuat
· Ketidakmampuan bergaul tersebut
menjadi sumber kesusahan dan penyebab harga dirinya yang rendah.
· Keengganan ekstrem untuk mencoba
hal-hal baru
b.
Gangguan Kepribadian Dependen
Orang
dengan gangguan kepribadian dependen ditandai :
· Sulit mengambil keputusan tanpa
saran dari orang lain
· Membutuhkan orang lain untuk
mengambil tujuan atas sebagian aspek kehidupannya yang utama
· Sulit tidak menyetujui orang lain
karena takut kehilangan dukungan mereka
· Sulit melakukan segala sesuatu
sendiri karena kurangnya percaya diri
· Melakukan hal-hal yang tidak
menyenangkan sebagai suatu cara untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan
orang lain.
· Merasa tidak berdaya bila sendirian
karena kurangnya rasa percaya pada kemampuannya untuk menangani segala sesuatu
tanpa intervensi dari orang lain
· Berupaya untuk sesegera mungkin
menjalin hubungan baru bila hubungan yang dimilikinya saat ini berakhir
· Dipenuhi ketakutan bila harus
mengurus diri sendiri
c.
Gangguan Kepribadian Obsesif
Kompulsif.
Orang
dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif ditandai :
· Terfokus secara berlebihan pada
aturan dan detail sehingga poin utama suatu aktivitas terabaikan
· Perfeksionis ekstrem hingga ke
tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan
· Menganut norma etik dan norma yang
tinggi serta patuh secara berlebihan
· Pengabdian berlebihan padaa
pekerjaan hingga mengabaikaan kesenangan dan persahabatan
· Tidak fleksibel
· Sulit membuang benda-benda yang
tidak berarti
· Kikir dan keras kepala
· Bila dipaksa bekerja tanpa
pengawasan akan cemas, marah, benci, dan curiga terhadap atasannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kepribadian adalah keseluruhan
cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Alasan paling
penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai
kepribadian adalah karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian
sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan. Nilai dalam tes
kepribadian membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan.
0 komentar:
Posting Komentar